Monday 2 April 2012

Eternal Madness, dalam bingkai lunatic ethnic death metal

Eternal Madness merupakan band yang terbentuk pada tahun 1994 silam, menawarkan nuansa brutal death metal pada liriknya yang kaya akan balutan etnis khas dewata. Band yang berasal dari indonesia ini mengusung cerita tentang rakyat kecil, sejarah serta legenda bangsa indonesia di setiap lagunya. Memakai perkusi serta gamelan ke tiap inci musiknya, membuat band ini sangat unik di wilayah kota Bali. Imbasnya, 3 buah album telah di muntahkannya serta ikut berpartisipasi dalam album Metalik Klink 1 dan Metalik Klinik 3.
Di era 90an, genre death metal masih sangatlah kental ditelinga para metalheads, hingga pada akhirnya 'Eternal Madness' mengambil langkah alternatif dan memberikan warna baru dalam setiap jenis musik yang mereka hasilkan. Karna pada saat itu scene tanah air masih terus di dominasi oleh pure death metal.

Sebuah masterpiece dasyat yang diusung oleh, moel madness (Bass / Vocal), Agung Putra (Guitar), Adith (Guitar), Pandi Gebes (Additional Drums), mereka berhasil membuka batasan baru di genre death metal yang lebih sering disebut sebagai konsep lunatic ethnic death metal.

Menggabungkan dengan 'nyanyian' Bali atau 'mantra' seperti Rudra, membuat musiknya kaya akan tradisi pulau dewata, benar-benar brilian. Pada dasarnya musik mereka adalah brutal death fast, bahkan rasa oriental pada setiap lagunya sangat mengerikan, menggambarkan banyak budaya Bali dan beberapa bahkan mungkin terlihat sangat menakutkan.

Lagu ‘pelebon’ yang terdapat pada album 'OFFERINGS TO RANGDA', tahun 1997, banyak diminati para metalheads bali, dengan 7 lagu bernuansa death metal dengan balutan okultisme brutal. Jika di Malaysia ada 'LANGSUYR' dan Singapura dengan 'AS Sahar', maka Indonesia haruslah bangga dengan 'Eternal Madness'.
Kekuatan dari band ini hingga dapat bertahan lebih dari satu dasawarsa dalam dunia musik bawah tanah di Indonesia, karena kegigihan serta keteguhannya dalam meramu musik mereka hingga membuahkan tradisi lokal yang teraplikasi dengan wujud pentatonik khas Bali dipadu dengan lirik-lirik yang amat membumi dan mudah dipahami hingga terjun bebas dan bertahan dalam musik deathmetal hingga sekarang.

Album 'BONGKAR BATAS' tahun 2000, yang diproduksi oleh Resswara Rodakreasi Prod hingga yang terakhir 'ABAD KEGILAAN' tahun 2007, merupakan album 'EM' yang mengangkat hal-hal dengan pengalaman orang kebanyakan mulai dari kepercayaan lokal, permasalah sosial-politik, hingga ekologi.

lirik yang mengangkat mitologi lokal dalam lagu 'Di Abad Kegilaan', merupakan wujud dari bayangan Zaman yang telah berubah. Dalam lagu 'Hujan Darah' mengimplikasikan bagaimana sifat serakah yang membinasakan diri manusia sendiri dengan adanya sang kala yang menyebarkan amarah, mengeksploitasi bumi.

Dalam urusan lirik, EM adalah satu dari sedikit band metal di negeri ini yang patut diacungi jempol. Karena apa yang mereka tuangkan dalam lirik benar-benar terkonsep dengan rapi dan memiliki pesan moral. Ini merupakan elemen yang penting dan bukannya sekedar ornamen guna memenuhi kebutuhan akan kesangaran sebuah musik metal saja.

Sebagai pembanding, dalam jagad permetalan di tanah air ini, telah ditunjukkan oleh 'Funeral Inception' (Jakarta), 'Jasad' (Bandung), Emergency (Makassar), Critical Defacement (Makassar) ataupun 'Death Vomit' (Yogyakarta). Sebagaimana halnya 'Eternal Madness' telah dikenal dan disegani bahkan dalam kancah permetalan dunia

No comments:

Post a Comment