Friday 23 December 2011

Aksi damai komunitas punk sulawesi selatan untuk saudara mereka di aceh



Kabarkami.com, Ada banyak koreksi yang hadir jika melihat komunitas punk bertebaran dijalan-jalan atau dalam acara band sekalipun. Rambut berdiri dengan beragam warna, celana jeans ketat, sepatu boots, anting-anting, tatoo bahkan kalung spike, dimana membuat para masyarakat awam semua takut.

Pelanggaran HAM yang terjadi tanpa terselesaikan dinegri pertiwi ini,  mulai dari penggusuran lahan, pengalihan isu politik, hingga yang berkedok agama. Ironisnya, mimpi buruk ini dapat terus berlangsung untuk menari dan sering kali mendapat teriakan protes atau hanya karena nyanyian yang didendangkan oleh pelakunya dinotasikan sebagai kemajuan bangsa dan peradaban. Jika agama digunakan sebagai pisau analisis untuk membelah realita dalam kehidupan yang berbangsa dan bertanah air satu sangat menjunjung tinggi pancasila. Sebaliknya yang terjadi kebebasan berekspresi adalah sebuah frase yang tidak aneh lagi di telinga manusia indonesia, hanya saja terkadang  dianggap tepat jika dibahas pada saat-saat tertentu yang sifatnya sakral dan urgensial.

Satu contoh kekerasan Hak Asasi Manusia yang terjadi di indonesia baru-baru ini, tepatnya di Aceh pada tgl 13 desember 2011 kemarin. Komunitas punk aceh yang dibubarkan saat melaksanakan Gigs(acara band), mereka dianggap sesat oleh ormas beragama karena berpenampilan “beda” dari kebanyakan. anehnya lagi, tidak semua dari mereka dari kota yang sama, apalagi beragama yang sama. Apa ini bukan fanatik yang berlebihan, pihak-pihak yang memanfaatkan agama untuk membenarkan tindakannya untuk mengancam hak hidup orang lain?.




Sebuah bentuk loyalitas dan solidaritas sesama manusia demi satu kata yaitu demokrasi yang biasa kita sapa ‘kebebasan’. Komuntas Punk yang ada di sulawesi selatan, seperti  makassar, gowa, bone, toraja, palopo, sidrap, takalar dan maros pun ikut andil dalam memperjuangkan nasib saudara mereka di kota yang terkenal dengan sebutan ‘serambi mekkah’ itu.  Para komunitas ini rela berjalan hingga 15 km, yang di mulai pada 14.00 wita dengan rute  tamalanrea hingga di Jln penghibur(Depan Benteng Rotterdam), mengusung aksi damai yang disertai teatrikal sebagai bentuk keprihatinan mereka terhadap kejadian di Aceh yang telah mendegradasikan kebebasan beraktualisasi diri yang berwujud pada Hak Asasi Manusia(HAM).  Aksi Solidaritas dari Komunitas punk ini sungguh pemandangan unik yang sangat jarang terjadi, apalagi di makassar.

No comments:

Post a Comment